Beberapa waktu yang lalu saya diminta untuk yang kedua kalinya mengisi Majelis Taklim Wali santri di lingkungan Medokan Ayu Utara Surabaya.
Singkat cerita saya sampaikan bahwa jika kita ingin anak kita menjadi anak yang mencintai Al-Quran dalam makna yang sebenarnya, maka diantara caranya adalah perhatikanlah apa yang kita lakukan di rumah bersama mereka.
Jika kita ingin mereka (anak-anak kita) menjadi anak yang dekat dengan Al-Quran dengan segala kecintaan, kerinduan dan perasaannya, maka perhatikanlah bagaimana Anda sebagai orang tuanya senantiasa berinteraksi dengan Al-Quran. Saya pakai kata "berinteraksi" disini untuk mencoba mengakomodir semua maksud dan pemahaman terkait Cinta pada al-Quran sebagaimana yang disampaikan oleh sahabat mulia Ibnu Mas'ud ra.
Dan satu tips praktis yang bisa kita lakukan adalah SELALU membacaAl-Quran di rumah. Ini dilakukan terus-menerus sampai kita bisa merasakan nikmatnya berinteraksi dengan Al-Quran (mudah-mudahan lain kali bisa saya sampaikan tips praktis agar kita merasa nikmat berinteraksi dengan Al-Quran bahkan merindukannya kapan saja dimana saja, mungkin juga sampai membuat Anda meneteskan air mata karena Allah) dan tidak berhenti disitu, lazimkanlah hal itu pada keluarga Anda.
Sepintas mungkin itu biasa bagi Anda, tapi hal itulah yang akan sangat membekas dalam jiwa anak-anak Anda. Mereka akan tahu dari kebiasaan baik ini sesuatu yang penting bahwa Al-Quran adalah cahaya hidup kita. Dekatlah selalu dengannya, bacalah ia dimanapun dan kapanpun, jadikan ia pendamping dan sahabat dalam segala perjalanan yang kau tempuh selama hidupmu. Dan yang terpenting terimalah dan jalankanlah segala petunjukknya.
Ada kenangan masa kecil yang indah dikisahkan oleh sahabat Ibnu Abbas terkait bagaimana Rasulullah saw memanfaatkan waktu malam beliau.
“aku bermalam dirumah bibiku, maimunah dan melihat Rasulullah bangun. Setelah berada pada sebagian malam, beliau bangun dan berwudhu ringan dengan air dari dalam kantong kulit yang di gantung di dinding kamarnya. Setelah itu, beliaupun mengerjakan shalat malam. Akupun ikut bangun dan berwudhu dari tempat air yang digunakan oleh beliau. Kemudian aku berdiri shalat disamping kiri beliau, lalu beliau memindahkanku kesamping kanannya…” (Hr. Bukhari dari Ibnu Abbas)
“aku bermalam dirumah bibiku, maimunah dan melihat Rasulullah bangun. Setelah berada pada sebagian malam, beliau bangun dan berwudhu ringan dengan air dari dalam kantong kulit yang di gantung di dinding kamarnya. Setelah itu, beliaupun mengerjakan shalat malam. Akupun ikut bangun dan berwudhu dari tempat air yang digunakan oleh beliau. Kemudian aku berdiri shalat disamping kiri beliau, lalu beliau memindahkanku kesamping kanannya…” (Hr. Bukhari dari Ibnu Abbas)
Subhanallah, itulah tuturan seorang Ibnu Abbas kecil saat bersama Rasulullah SAW. Tidak dapat dipungkiri bahwa penglihatan anak tidak akan lepas dari apa yang dilakukan orang dewasa, saat mereka di didik dalam lingkungan keluarga atau pendidikan dengan penuh kebaikan maka anakpun akan menerima manisnya kebaikan dari lingkungannya begitupun sebaliknya.
Nabi Muhammad SAW sebagai guru peradaban telah memberikan inspirasi besar kepada kita para orangtua dan pendidik untuk memperhatikan setiap apa yang kita lakukan, baik di depan orang dewasa atau anak-anak. Jika tadi kita membaca cerita dari Ibnu Abbas menemukan contoh teladan dalam hidupnya, begitupun dengan seorang raja Oman bernama Al Julanda radhiallahu anhu yang terpesona dengan akhlak Nabi Muhammad SAW, dan berkata :
“Dia (Allah) telah memberiku petunjuk kepada Nabi buta huruf ini: dia tidak pernah memerintah kecuali menjadi orang pertama yang melakukannya, dia tidak melarang kecuali menjadi orang yang pertama menjauhinya…” (al-khashaish al-kubra, as-suyuthi, 2/23.MS)
“Dia (Allah) telah memberiku petunjuk kepada Nabi buta huruf ini: dia tidak pernah memerintah kecuali menjadi orang pertama yang melakukannya, dia tidak melarang kecuali menjadi orang yang pertama menjauhinya…” (al-khashaish al-kubra, as-suyuthi, 2/23.MS)
Subhanallah, dari seorang anak kecil sampai orang dewasa bahkan seorang raja telah mengakui akan luarbiasanya Nabi dalam memberikan teladan yang baik untuk semua. Belajarlah pada Nabi !
Tidak sampai di generasi para sahabat, keteladanan orangtua dan seorang pendidik nampaknya menjadi inspirasi besar bagi dunia parenting dan pendidikan setelah Nabi Muhammad SAW. Simaklah kisah para salafushalih terdahulu yang mengambil inspirasi besar dari sebuah keteladanan.
Mari kita simak …
Al-Jahizh telah meriwayatkan bahwasanya ketika ‘Uqbah bin Abi Sufyan menyerahkan anaknya kepada seorang guru, ia mengatakan, “Hendaklah yang pertama kali Engkau lakukan untuk memperbaiki annaku adalah memperbaiki dirimu sendiri, karena penglihatan mata mereka adalah tertumpu pada penglihatanmu; apa yang baik pada mereka adalah apa yang menurutmu dianggap baik, dan yang jelek pada mereka adalah apa yang menurutmu dianggap jelek. Ajarkanlah kepada mereka biografi orang-orang bijak dan akhlak orang-orang berbudi; ancamlah mereka dengan diriku dan didiklah mereka tanpa membandingkan diriku; jadilah engkau seorang dokter yang tidak memberikan resep obat sampai mengetahui penyakit pasien yang diderita; janganlah engkau membatasi dirinya hanya kepada sesuatu yang tidak bisa aku lakukan, karena sesungguhnya aku telah mempercayakan sepenuhnya akan anaku.” (Tarbiyatul Aulad fil Islam, Abdullah Nasih Ulwan)
Subhanallah, orangtua yang paham dengan konsep keteladanan dan Pendidik yang siap memberikan keteladanan kepada anak muridnya. Sungguh Indahnya jika kita mengerti islam …
Hal ini juga sejalan dengan perkembangan didunia pendidikan modern saat ini. seorang psikologi Amerika Albert Bandura (1977) adalah arsitek utama teori belajar sosial versi kontemporer, yang dinamakan cognitive social learning theory (teori belajar social kognitif) ialah pandangan para pakar psikologi yang menekankan perilaku, lingkungan, dan kognisi sebagai faktor kunci dalam perkembangan. Bandura meyakini bahwa kita belajar dengan mengamati apa yang dilakukan oleh oranglain. Melalui belajar mengamati (juga disebut “modeling” atau “imitasi”), Kita secara kognitif menampilkan perilaku oranglain dan kemudian barangkali mengadopsi perilaku ini dalam diri kita sendiri. Bandura memberikan contoh, seorang anak laki-laki kecil mungkin mengamati ledakan amarah dan sikap permusuhan ayahnya yang agresif dengan oranglain; ketika diamati bersama dengan teman-teman sebayanya, gaya berinteraksi anak laki-laki kecil tadi sangat agresif, memperlihatkan karakteristik yang sama seperti perilaku ayahnya. (Life Span Development, John W Santrock h.47-)
Bandura Menyatakan perilaku dapat mempengaruhi kognisi dan sebaliknya, kegiatan kognitif seseorang dapat mempengaruhi lingkungan, pengaruh lingkungan dapat mengubah proses pemikiran orang, dan seterusnya. (Albert Bandura, SOCIAL FOUNDATION OF THOUGHT AND ACTION: A, Social cognitive theory,1986)
Itulah sedikit inspirasi besar dari Nabi Muhammad SAW sebagai guru peradaban ummat ini yang menjadi inpirasi dari zaman ke zaman (walaupun dunia barat seringkali tidak mengakuinya). Mudah-mudahan ini menjadi penjelas dan renungan akan memberikan keteladanan untuk anak-anak disekitar kita, menjadi orangtua dan pendidik terbaik merupakan idaman, namun merubah diri adalah pilihan. Karena Penglihatan Mata Mereka Tertumpu pada Penglihatanmu !
Orangtua dituntut agar menjalankan segala perintah Allah SWT. Dan sunnah Rasul-Nya, menyangkut perilaku dan perbuatan. Karena anak melihat mereka setiap waktu. Kemampuan untuk meniru, secara sadar atau tidak, sangat besar. Tidak seperti yang kita duga. Namun kita sering memandangnya hanya sebagai makhluk kecil
(Muhammad Qutb, Manhaj At Tarbiyah Al Islamiyah. 2/117)
Catatan pribadi dan disempurnakan dari Kuttab Alfatih
Catatan pribadi dan disempurnakan dari Kuttab Alfatih